BAB I
Pendahuluan
Yang dimaksud dengan tambahan makanan
adalah suatu zat yang dimasukkan kedalam makanan untuk tujuan tertentu. Makanan
diberi pewarna agar menari. Makanan diberi pengawet agar tahan lama dan tidak
lekas basi. Makanan diberi penyedap agar menimbulkan rasa dan bau yang sedap.
Bahan tambahan untuk makanan disebut zat aditif. Menurut asalnya ada dua jenis
aditif, yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan. Zat aditif alami berasal
dari alam, seperti warna zat hijau daun. Zat aditif buatan adalah zat yang
sengaja dibuat oleh manusia. Oleh sebab itu, dapat dibeli ditoko-toko.
Makanan merupakan sumber energy dan berbagai zat gizi
untuk mendukung hidup manusia. Tetapi makanan juga dapat menjadi wahana bagi
unsure pengganggu kesehatan manusia bahkan dapat menyebabkan kematian.
Secara umum makan yang disukai adalah makanan yang
memenuhi selera atau cita rasa / inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau,
rasa, suhu dan tekstur. (Almatsier,2001). Agar cita rasa makanan tampak lebih
menarik, cita rasa yang baik dan tahan lama biasanya diberi zat tambahan
makanan. Zat makanan tambahan tidak berfungsi sebagai makanan tapi sengaja
ditambahkan dalam makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau sifat makanan
tersebut. (sinaga,1993).
Jajan (Membeli makanan-minuman jadi). Dalam memilih
makanan, remaja memasuki indenpendensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan
apa saja yang disukainya, bahkan tidak berselera lagi makan bersama keluarga di
rumah. (kamsan 2003).
Pengawasan obat dan makanan (POM) menyatakan bahwa
sebagian makanan jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia berbahaya.
Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu mengandung boraks, formalin, zat
pengawet, zat berwarna berbahaya, serta tidak mengandung bahan yang beryodium.
(EVY,2008).
Makanan/Minuman
jajanan adalah makanan/minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman
olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan-bahan tambahan
lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk di
konsumsi (Cahyadi,2005).
Fungsi
makanan/minuman jajanan itu tidak berbeda jauh dengan minuman lainnya yaitu
sebagai minuman untuk melepaskan dahaga sedangkan dari segi harga, ternyata
minuman karbonasi relatif lebih mahal dibandingkan minuman non-karbonasi. Hal
ini disebabkan teknologi proses yang digunakan dan kemasan yang khas yaitu
dalam kemasan kalengatau botol seperti sprite (Cahyadi,2005).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tambahan Makanan
FAO dan WHO dalam kongresnya diroma dalam kongresnya
1956 menetapakan defenisi food additife ( bahan tambahan makanan ) sebagai
bahan-bahan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan dalam jumlah
sedikit yaitu untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, atau
memperpanjang masa simpan (Winarno, 1980 ).
Menurut peraturan menteri kesehatan RI Nomor
722/Menkes/per/IX/1988 tentang bahan tambahan makanan (BTM) disebutkan bahwa
bahan tambahan makanan adalah bahan yang tidak dikonsumsi langsung sebagai
makanan dan tidak merupakan bahan baku pangan, dan penambahannya kedalam pangan
ditujukan untuk mengubah sifat-sifat makanan.
Keberadaan bahan tambahan makanan adalah untuk
memebuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya
lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya
sungguh menakjubkan. Bahan tambahan makanan ternyata sudah lama digunakan dalam
pengawetan makanan. Orang romawi kuno menggunakan garam untuk mengawetkan
daging, dan sulfur untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minuman anggur.
(khomsan,2003).
Sejak pertengahan abad
ke-20 peranan bahan tambahan makanan khusunya bahan pengawet menjadi
semakin penting sejalan dengan kemajuan tekhnologi produksi bahan tambahan
pangan sintetis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan
tersedia secara komersil dengan harga yang relative murah akan mendorong
meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi
bahan tersebut bagi setiap individu. Saat ini hampir semua jenis makanan dan
minuman yang diproses baik dari pabrik, restoran-restoran, maupun industry
rumah tangga menggunakan bahan tambahan makanan untuk meningkatkan kepuasan
konsumen (cahyadi,2008)
B.
Sifat Bahan tambahan makanan
Bahan tambahan makanan yang digunakan harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut : dapat mempertahankan nilai makan tersebut. Tidak
mengurangi zat-zat essensial didalam makanan, dapat mempertahankan atau
memperbaiki mutu makanan, dan menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan
suatu penipuan (Winarno,1980).
C.
Tujuan penggunaan bahan makanan
Menurut syah (2005) secara khusus tujuan
penggunanaannya bahan tambahan makanan adalah untuk :
1.
Membentuk makanan menjadi lebih baik dan lebih enak dimulut
2.
Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera.
3.
Meningkatkan selera makanan
4.
Menghemat biaya
5.
Mempertahankan atau memperbaiki nilai gizi makanan.
D.
Kategori bahan tambahan makanan
Bahan tambahan
makanan bisa memeiliki nilai gizi, tetapi bisa pula tidak. Menurut ketentuan
yang ditetapkan, ada beberapa kategori bahan tambahan makanan. Pertama, bahan
tambahan makanan yang bersifat aman dengan dosis yang tidak dibatasi, misalnya
pati. Kedua, bahan tambahan makanan yang digunakan dengan dosis tertentu, dan dengan
demikian dosis maksimum penggunaannya juga telah ditetapkan. Ketiga, bahan
tambahan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta telah mendapat izin
beredar dari instansi yang berwenang, misalnya zat pewarna yang sudah
dilengkapi sertifikat aman (Yuliarti,2007).

1.
Pengawet
Bahan pengawet adalah
bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, penguraian atau
pengemasan yang disebabkan oleh mikrooarganisme. Zat pengawet dipergunakan
untuk mengawetkan makanan atau memeberikan kesan segar pada makanan
(irianto,2006)
Pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan
karena dengan bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan
mikroba, baik yang bersifat patogen yang menyebabkan kerusakan bahan makanan
seperti pembusukan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya adalah
senyawa kimia yang apabila pemakaiannya berlebihan kemungkinan besar akan
menimbulkan kerugian bagi orang yang mengkonsumsi baik langsung atau kumulatif
misalnya kanker (cahyadi,2008).
Bahan-bahan pengawet tersebut yang paling sering
digunakan adalah formalin dan boraks. (Yuliarti,2007).
Formalin biasanya digunakan sebagai pengawet mayat.
Tapi beberapa makanan seperti mie basah, tahu, ikan asin, bakso, dan permen ditemukan
adanya formalin. Sementara boraks yang biasanya digunakan sebagai fungisida,
herbisida dan insektisida, meskipun bukan pengawet makanan sering pula
digunakan sebagai pengawet dan pengenyal makanan antara lain bakso, lontong,
mie, kerupuk dan berbagai makanan tradisisonal seperti alen-alen. Ciri-ciri
bakso yang mengandung formalin dan boraks yakni sangat kenyal, warna lebih
putih dan akan menjadi abu-abu tua jika ditambahkan obat bakso berlebiahan
(yuliarti, 2007)
Menurut permenkes RI No.722/Menkes/per/IX/88 adapun Contoh
lainnya yaitu : Asam Benzoat dan garamnya, asam sorbet serta garam dan
kaliumnya, efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi,
biasanya dipake dalam keju, margarine, acar, buah kering jelli, pekatan sari
buah dan minuman ringan mengandung CO2
2.
Pewarna
Zat pewarna ditambahkan kedalam makanan bertujuan
untuk menarik selera dan keinginan konsumen. Zat-zat pewarna alam yang sering
digunakan misalnya kunyit dan daun pandan. Dibandingkan dengan pewarna alami
maka bahan pewarna buatan mempunyai banyak kelebihan yaitu dalam hal aneka
ragam warnanya, keseragaman warna, kestabilan warna, dan penyimpanannya lebih
mudah serta lebih tahan lama. (Winarno,1980).
Dalam memili makanan sebaiknya hindari makanan dengan
warna merah, kuning, dan hijau maupun warna-warna lain yang terlihat “ngejreng”
karena tidak menutup kemungkinan warna yang terlalu mencolok tersebut berasal
dari bahan pewarna nonmakanan seperti pewarna tekstil yang sangat berbahaya
bagi kesehatan (yuliarti,2007).
Contohnya:
Tartrazin (kuning jingga), Carmoisine (merah) rodamin ( pewarna pakaian)
3.
Pemanis
Ø Jenis-jenis pemanis :
a)
Pemanis
Buatan
adalah bahan tambahan makanan yang menyebabkan
rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Contoh:
Sakarin, Siklamat, Aspartam (Permenkes RI.722/Per/IX/88)
Industri pangan dan minuman lebih menyukai mengunakan
pemanis sintetis karena selain harganya relatif murah, tingkat kemanisan
pemanis alami. Hal tersebut mengakibatkan terus meningkatnya penggunaan pemanis
sintetis terutama sakarin dan siklamat. Rasa manis yang dirasakan dari pemanis
sintetis biasanya menimbulkan rasa ikutan pahit yang semakin terasa dengan
bertambahnya bahan pemanis ini. (Cahyadi,2008).
Dalam kehidupan sehari-hari, pemanis buatan sakarin
dan siklamat maupun campuran ke-2nya sering ditambahkan kedalam berbagai jenis
jajanan anak-anak seperti makanan ringan (snack), cendol, limun, makanan
tradisional, dan sirop (yuliarti,2007).
b)
Pemanis Alami
Merupakan bahan pemberi rasa manis yang
diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani.
Contoh :
a. Gula Tebu
Mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis
glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan
pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga
bersifat mengawetkan.
b. Gula Merah
Merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan
pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis
ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur dodol dan
lain-lain.
c. Madu
Merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu.
d. Kulit Kayu
Manis
Merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu
kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet (Anonim, 1992).
4.
Penyedap rasa dan aroma
Menurut permenkes RI No.722/Menkes/per/IX/88 penyedap
rasa dan aroma didefinisikan sebagai bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki, membuat lebih bernilai atau diterima, dan lebih menarik.
(cahyadi,2008).
Monosodium glutamat (MSG) adalah salah satu penyedap
sintetis yang merupakan senyawa kimia yang dapat memperkuat atau memodofikasi
rasa makanan sehingga makanan tersebut terasa lebih gurih dan nikmat. MSG dapat
memicu reaksi alergi seperti gatal-gatal, bintik-bintik merah dikulit, keluhan
mual, muntah, sakit kepala dan migren.
5.
Antioksidan,
fungsinya
melindungi suatu hasil produk terhadap pengaruh proses oksidasi warna dan
baunya Contoh : Asam Askorbat, digunakan sebagai anti oksidan pada produk
daging dan ikan serta sari buah kalengan, Butil Hidroksianisol (BHA) dipakai
sebagai antioksidan pada lemak, minyak dan margarin.
6.
Pengatur asam
adalah
bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan
derajat keasaman. Contoh : Asam Asetat, Asam Sitrat, Asam Malat, Asam Suksinat,
Asam Tartrat dan Asam Laktat. (Permenkes RI.722/Per/IX/88)
7.
Pemutih
digunakan
dalam produksi tepung agar warna putih yang merupakan ciri khas tepung dapat
terjaga dengan baik
Contoh :
Benzoil Peroksida (Permenkes RI.722/Per/IX/88)
8.
Pengeras
bahan
tambahan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh :
Aluminium Sulfat, Kalsium Klorida, Kalsium Glukonat dan Kalsium Sulfat pada
buah yang dikalengkan misalnya apel dan tomat. (Permenkes RI.722/Per/IX/88)
9.
Pengental
bahan
makanan yang merupakan cairan dapat dikentalkan dengan menggunakan gumi dan
bahan polimer sintetik.
Contoh :
Ekstrak rumput laut, Gelatin . (Permenkes RI.722/Per/IX/88)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar