Kingdom : Bacteria
Division : Firmicutes
Class : Clostridia
Order : Clostridiales
Family : Clostridiaceae
Genus : Clostridium
Species : Clostridium tetani
A. Pengertian
Clostridium tetani
Kuman
Clostridium tetani adalah bakteri yang menyebabkan penyakit tetanus,
bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot
seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka, Penyakit
tetanus ini merupakan salah satu infeksi yang
berbahaya karena mempengaruhi sistem
urat saraf dan otot.
Kata tetanus diambil
dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan
hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.Sebenarnya bukan bakteri tersebut yang menyebabkan
infeksi, melainkan racun dari bakteri yang membuat penderita terinfeksi.
Faktor predisposisi
1. Umur tua atau anak-anak
2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi
B. Morfologi
Bentuk
batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron, lebar 0,4-0,5 mikron, dapat bergerak, termasuk gram positif anaerob
berspora, membentuk exotoxin yang disebut tetanospasmin (tetanus spasmin), dan
ketika bakteri ini mengeluarkan eksotoxin maka akan menghasilkan 2 eksotoxin
yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasminlah yang dapat menyebabakan
penyakit tetanus karena bersifat neurotoxin
yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf parifer setempat,
hidup anaerob, bentuk sporanya lebih besar dari pada selnya, dan letaknya
terminal (diujung) menyerupai sendok. Bentuk sporanya dapat betahan hidup
sampai bertahun-tahun. Perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar toksin
(tenospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram
untuk 70 kilogram (154lb) manusia. Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase
maupun lesitinase, tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan
glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase,
dan indol positif. Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan
juga biasanya terhadap antiseptis. Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave
pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan
agen kimia yang lainnya. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium
tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.
C. Patogenesis
dan Patofisiologi
Tetanus
disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob,
Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk
spora ke dalam darah tubuh yang mengalami cedera (periode inkubasi). Penyakit
ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah
hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, dipteri,
botulisme).
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan Dialam, tanah, kotoran manusia dan hewan terutama kuda peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan Dialam, tanah, kotoran manusia dan hewan terutama kuda peliharaan dan di daerah pertanian. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
D. Cara
Penularan
Tetanus
terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit infeksi yang penting
baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang masih tinggi . Tetanus
merupakan infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan kematian. Bakteri ini
ditemukan di tanah dan feses manusia dan binatang. Infeksi ini muncul (masa
inkubasi) 3 sampai 14 hari. Di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga
terjadi suasana anaerob. Clostridium tetani berkembang biak memproduksi
tetanospasmin suatu neurotoksin yang kuat. Toksin ini akan mencapai system
syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian anterior spinal cord.
Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetani sehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah:
a. Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas
b. Luka baker tingkat 2 dan 3
c. Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya
d. Luka-luka di bawah kuku
e. Ulkus kulit yang iskemik
f. Luka bekas suntikan narkoba
g. Bekas irisan umbilicus pada bayi
h. Endometritis sesudah abortus septic
i. Abses gigi
j. Mastoiditis kronis
k. Ruptur apendiks
l. Abses dan luka yang mengandung bakteri dari tinja
Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetani sehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah:
a. Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas
b. Luka baker tingkat 2 dan 3
c. Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya
d. Luka-luka di bawah kuku
e. Ulkus kulit yang iskemik
f. Luka bekas suntikan narkoba
g. Bekas irisan umbilicus pada bayi
h. Endometritis sesudah abortus septic
i. Abses gigi
j. Mastoiditis kronis
k. Ruptur apendiks
l. Abses dan luka yang mengandung bakteri dari tinja
E. Gejala
Masa
inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari, namun dapat singkat 1-2 hari dan
kadang lebih satu bulan, makin pendek masa inkubasi makin buruk prognosis.
Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman Clostridium tetani dengan
susunan saraf pusat, dengan interval antara terjadinya luka dengan permulaan
penyakit, makin jauh tempat invasi, masa inkubasi makin panjang.
Gejala penyakit tetanus bisa dibagi
dalam tiga tahap, yaitu:
-Tahap awal
Rasa nyeri
punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan gejala awal
penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan otot. Beberapa penderita
juga mengalami kesulitan menelan. Gangguan terus dialami penderita selama
infeksi tetanus masih berlangsung.
-Tahap kedua
Gejala awal
berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah (Trismus). Gejala
tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang, yang meningkat sampai
gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa dibuka sama sekali. Kekakuan
ini bisa menjalar ke otot-otot wajah, sehingga wajah penderita akan terlihat
menyeringai (Risus Sardonisus), karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.
Selain itu, otot-otot perut pun
menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri. Kekakuan tersebut akan semakin
meningkat hingga kepala penderita akan tertarik ke belakang. (Ophistotonus).
Keadaan ini dapat terjadi 48 jam setelah mengalami luka.
Pada tahap ini,
gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi lambat dan sulit
bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan. Penderita mengalami tekanan di
daerah dada, suara berubah karena berbicara melalui mulut atau gigi yang
terkatub erat, dan gerakan dari langit-langit mulut menjadi terbatas.
-Tahap ketiga
Daya
rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah kejang
refleks. Biasanya hal ini terjadi beberapa jam setelah adanya kekakuan otot.
Kejang otot ini bisa terjadi spontan tanpa
rangsangan dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya
cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini hanya
berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih lama dan dengan
frekuensi yang lebih sering.
Selain dapat
menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat menyebabkan sulit
buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan patah tulang belakang
dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat. Kematian
biasanya terjadi akibat kegagalan fungsi pernafasan, yang umumnya 50%. Hal ini disebabkan karena sumbatan saluran
nafas, akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai,
dan penderita tidak dapat menelan.
Adanya ransang dari luar dapat memacu
timbulnya kekejangan. Kesadaran penderita tetap baik dan penyakit terus
berlanjut.
v
Secara klinis tetanus
dibedakan menjadi :
§ Tetanus
Lokal
Ditandai dengan rasa nyeri
dan spasmus otot di bagian proksimal luka; gejala ini dapat terjadi selama
beberapa minggu dan menghilang tanpa gejala sisa. Bentuk ini dapat berkembang
menjadi bentuk umum; kasus fatal kira-kira 1%.
§ Tetanus Umum
Merupakan bentuk tetanus
yang paling banyak dijumpai, dapat timbul mendadak, trismus merupakan gejala
awal yang paling sering dijumpai. Spasmus otot maseter dapat terjadi bersamaan
dengan kekakuan otot leher dan kesukaran menelan, biasanya disertai kegelisahan
dan iritabilitas. Trismus yang me-netap menyebabkan ekspresi wajah yang
karakteristik berupa risus sardonicus. Kontraksi otot meluas, pada otot-otot
perut menyebabkan perut papan dan kontraksi otot punggung yang menetap
menyebabkan opistotonus; dapat timbul kejang tetani bermacam grup otot,
menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bawah. Selama periode ini
penderita berada dalarn kesadaran penuh .
§ Tetanus
Sefalik
Jenis ini jarang dijumpai;
masa inkubasi 1-2 hari, biasanya setelah luka di kepala, wajah atau otitis
media; banyak kasus berkembang menjadi tipe umum.Tetanus tipe ini mempunyai
prognosis buruk.
F. Penyakit
yang ditimbulkannya
Penyakit yang ditimbulkannya
adalah tetanus dengan masa inkubasi antara 3-21 hari. Infeksi oleh Clostridium Tetani dapat terjadi sebagai
komplikasi pada luka tusuk, patah tulang terbuka, luka bakar, pembedahan,
penyuntikan, gigitan binatang, aborsi, melahirkan atau luka pemotongan
ambilicus(tali pusat). Luka tusuk yang dalam lebih besar kemungkinannya untuk
terjadinya tetanus, dibandingkan dengan luka pada permukaan atau luka lecet.
Penyuntikan secara tidak steril, seperti halnya pada pemakai naarkoba, beresiko
tinggi untuk terjadinya tetanus. Kadang-kadang penderita tetanustidak menyadari
atau lupa bahwa ia telah mengalami luka sebelumnya dan mungkin lukanya sekarang
sudah sembuh. Gejala tetanus, terutama disebabkan oleh toxin tetanus yang
bersifat neurotoxin dimulai dengan rasa kaku atau kram pada otot sekitar luka,
hypereflexi pada tendom extrimitas yang dekat dengan luka, kaku pada leher,
rahang dan muka, yang tersa sakit dan terjadi juga gangguan menelan. Kejang
otot-otot seluruh tubuh, berupa kontraksi tonis yang sangat kuat, yang
berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Secara berulang-ulang,
bersamaan dengan ganguan otot pernapasan dan jantung, dapat mengakibatkan
kematian penderita. Kjang(spasma) pada otot-otot punggung yang berlangsung lama
menyebabkanopisthotonos sedangkan, kejang pada oto-otot muka menyebabkan risus
sardonicus (senyum sardonicus).
Pada bayi yang baru lahir
(neonatal) bila tali pusatanya dipotong tidak secara steril, dapat menyebabakan
terjadinya tetanus neonatoreum, biasanya bayi meninggal. Bila ditolong dirumah
sakit pun angka kematiannya masih ±75%
G. Bahan
Pemeriksaan Untuk Laboratorium
1). Pemeriksaan fisik : adanya luka dan
ketegangan otot yang khas terutama pada rahang
2). Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L,
peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit
3). Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran
aritmia ventrikuler
Bahan pemerisaan diambil
dari luka, nanah, dan jaringan. Pada titanus diagnosa penyakit didasarkan atas
gejala klinik dan anamnesis adanya luka. Pengobatan dengan anti tetanus toxin
dan antibiotika segera dilakukan, tanpa menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Sample diperiksa setelah pewarnaan Gram dan dilakukan perbenihan.
H. Pencegahan
Hasil pengobatan terhadap
penyakit tetanus seringkali tidak memuaskan, angka kematiannya tinggi atau
sembuh dengan gejala sisa. Karena itu upaya pencegahan merupakan hal yang
sangat penting.
Pencegahan yang dilakukan meliputi :
a. Perawatan
luka yang baik, terhadap luka yang terkontaminasi tanah, terutama luka tusuk
yng dalam.
b. Pemberian
anti tetanus serum (antitoxin) pada penderita luka yang diduga terjadi
kontaminasi oleh clostridium tetani.
c. Imunisasi
aktif, baik bersama dengan Diphtheria dan Pertussis (DPT vaccine) atau secara
tersendiri (tetanus toxoid)
d. Vaksinasi
tetanus toxoid pada ibu-ibu, baik yang sedang hamil, untuk mencegah tetanus
neonatorum.
I. Pengobatan
Bila
sudah ada gejala ringan tetanus, maka sumber luka (infeksi) harus segera
diketahui.Kemudian, kadang dokter membuka luka baru dengan tujuan ada udara
masuk, sehingga kuman mati karena mendapat oksigen. Setelah itu luka dibersihkan
dengan antiseptik atau H2O2 dan antibiotik (penisilin).
Untuk
membunuh toksin tetanus, biasanya pasien diberi suntikan ATS (antitetanus
serum). Sedangkan untuk mengatasi kejangnya diberi obat penenang (barbiturat
atau valium). Jika keadaan pasien cukup gawat, misalnya otot-otot yang
berhubungan dengan pernafasan (otot dada) kaku, maka pasien perlu diberi alat
respirator.
Perawatan
tetanus perlu sedikit ‘spesial’ karena pasien bersifat hipersensitif terhadap
rangsang. Ini disebabkan karena toksin yang menempel di otot memblok sistem neoromoskular
sehingga otot mudah terangsang. Kena rangsang sedikit saja, mereka bisa
kejang-kejang yang sifatnya amat melelahkan. Karena itu kebanyakan pasien
tetanus dirawat di ruang ICU dan jika perlu dibius umum.
Biasanya
kamar perawatan pasien tetanus diletakkan di ujung atau di tempat yang relatif
sepi. Bahkan dulu pasien dirawat di tempat yang gelap, agar lebih tenang dan
menghindari rangsang. Seringkali pasien tetanus membutuhkan waktu yang relatif
lama untuk penyembuhannya (2-3 bulan).
BAB
III
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Dari makalah yang telah
dibahas tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Kingdom :
Bacteria, Division : Firmicutes, Class : Clostridia. Order : Clostridiales,
Family : Clostridiaceae, Genus : Clostridium, Species : Clostridium tetani.
Clostridium tetani
adalah bakteri berbentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron
dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini membentuk eksotoksin yang disebut
tetanospasmin. Kuman ini terdapat di tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia
dan binatang.
2. Tetanus terutama
ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit infeksi yang penting baik
dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang masih tinggi.
Penyakit ini khas
dengan adanya tonik pada otot seran lintang, biasanya dimulai dari daerah
sekitar perlukaan, kemudian otot-otot pengunyahan, sehingga akan mengalami
kesukaran dalam mengunyah mulut.
3. Diagnosis tetanus
ditegakan berdasarkan gejala-gejala klinik yang khas. Secara bakteriologi
biasanya tidak diharuskan oleh karena sukar sekali mengisolasi Clostridium
tetani dari luka penderita , yang kerap kali sangat kecil dan sulit dikenal
kembali oleh penderita sekalipun.
Tetanus memiliki
angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada penderita yang sangat
muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya memburuk dengan segera
atau jika pengobatan tertunda, maka prognosisnya buruk. Obatnya yaitu berupa
Antibiotika, Antitoksin, Tetanus Toksoid, dan Antikonvulsan.
4.
Pencegahan merupakan
tindakan paling penting, yang dapat dilakukan dengan cara : imunisasi aktif
dengan toksoid, Perawatan luka menurut cara yang tepat, dan Penggunaan
antitoksi profilaksis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar